Menjadi Mahasantri (Mahasiswa Plus Santri)

Bisakah seorang mahasiswa yang super sibuk nyambi belajar dan mendalami ilmu agama? Jawabannya, bisa saja. Ia bisa menjadi mahasantri, yaitu “Mahasiswa Plus Santri”. Ikuti ulasan berikut.

Mengapa harus belajar agama?

1. Karena orang yang mempelajari ilmu agama itu yang paling takut kepada Allah Ta’ala.

Kalau dia takut kepada Allah, tentu ia tidak akan menjadi koruptor dan melakukan kejahatan yang lainnya. Allah Ta’ala berfirman,

إنمايخشى اللّه من عباده العلماء

Sesungguhnya di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya hanyalah para Ulama“(Q.S. Fathir: 28)

2. Mendalami ilmu agama jalan menuju surga.

من سلك طريقا يلتمس فيه علما سهل اللّه له به طريقا إلى الجنة

Barangsiapa yang menempuh jalan menuntut ilmu, maka Allah mudahkan baginya jalan menuju surga dengan amalannya ini” (HR. Muslim)

Imam Ibnu Rajab Al-Hambali menjelaskan bahwa maksud menempuh jalan menuntut ilmu:

  1. Benar-benar melewati suatu jalan untuk menuntut ilmu.
  2. Melakukan berbagai cara untuk meraih ilmu seperti mengulang pelajaran, menghafal, atau mencatat.

Adapun maksud dimudahkan baginya jalan menuju surga adalah:

  1. Diberi taufik untuk beramal, dengan amal akan mengantarkannya ke surga.
  2. Karena dengan mempelajari ilmu akan dibukakan pintu ilmu yang lain yang akan mengantarkan pada surga.
3) Mendapat keridhaan dari makhluk yang lain, salah satunya malaikat Allah.

Mereka membentangkan sayap-sayapnya sebagai tanda ridha pada penuntut ilmu.

4) Menjadi baik hanya dengan ilmu agama.

Tanpa ilmu agama, mahasiswa tidak akan baik, profesor tidak akan menjadi baik. Contohnya saja orang yang paham agama tahu bahwa mengambil harta dengan cara yang tidak baik itu dilarang. Demikian karena Nabi shalallahu a’laihi wasallam bersabda,

من يريد اللّه به خيرا يفقهه في الدين

Barang siapa yang Allah inginkan kebaikan padanya, maka Allah pahamkan baginya agamanya” (HR. Muslim).

Teladani semangat para ulama

Ibnu Jarir punya kitab tafsir yang lengkap penuh dengan riwayat-riwayat. Ibnu Jarir pernah mengajak murid-muridnya untuk menulis kitab tafsir dan kitab tarikh sebanyak 30.000 lembar. Muridnya mengatakan, “Itu hanya menghabiskan umur kita”.

Kemudian Ibnu Jarir mengatakan, “Semangat masa kini benar-benar telah mati”.

Itu di zaman Ibnu Jarir Ath-Thabari, bagaimana dengan zaman kita ini??

Belajar ilmu dunia tidak tercela

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أنتم أعلم بأمور دنياكم

Kalian lebih tahu dengan perkara dunia kalian“(HR. Muslim).

Ketika Nabi ingin mengarahkan orang yang sakit, beliau suruh mendatangi tabib sembari memberikan ramuan tujuh buah kurma ajwa. Namun mengenai rincian ramuannya dan cara meraciknya, beliau serahkan pada tabib tersebut. Ini tanda untuk mempelajari perkara dunia, beliau beri kebebasan.

Imam Asy-Syafi’i rahimahullah mengatakan, “Janganlah sekali-sekali engkau tinggal di suatu negeri yang tidak ada di sana ulama yang bisa memberikan fatwa dalam masalah agama, dan dokter yang memeriksamu”.

Tapi jangan lupa belajar agama

Dalam hadits yang diriwayatkan Ibnu Hibban 72 dan dihasankan oleh Syuaib Al-Arnauth Nabi menyampaikan beberapa golongan yang Allah benci. Salah satunya adalah,

عالم بالدنيا جاهل بالآخرة

Pintar masalah dunia, bodoh masalah akhirat

Walau belajar agama penting, jangan berhenti kuliah!

Mengapa?

  1. Jihad saja butuh ridha orang tua, apalagi perkara menuntut ilmu ini.
  2. Jangan buat menangis orang tua.
  3. Ridha orang tua yang didahulukan, belajar agama tidak hanya di pondok.
  4. Ingat doa orang tua mustajab, khususnya Ibu.

Contohlah mereka para mahasiswa ilmu dunia yang menjadi para ulama:

  1. Syaikh Musthafa Al-Adawi, S1 Teknik Mesin kemudian pergi ke Yaman berguru pada Syaikh Muqbil. Beliau saat ini terkenal pakar dalam Tafsir dan Ilmu Hadits.
  2. Syaikh Abu Musa Kamal, beliau murid Syaikh Musthafa Al-Adawi. Karya beliau yang fenomenal adalah Shahih Fiqh Sunnah.
  3. Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid, lulusan S1 Manajemen Industri, kemudian berguru pada Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz dan Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin. Web binaan beliau saat ini adalah Islamqa.Com (Fatawa al Islam Sual wa Jawab)
  4. Syaikh Muhammad Al-Muqaddam, lulusan Universitas Iskandariyah dengan pendidikan dokter sampai doktoral. Selain itu beliau pernah menimba ilmu agama di Universitas Al-Azhar Mesir dan saat ini punya karya-karya tulis dalam bidang agama, padahal aslinya seorang dokter.

Kiat belajar agama

  1. Bersihkan hati dengan menghilangkan maksiat dan pikiran-pikiran menyimpang.
  2. Niatkan ikhlas karena Allah.
  3. Mempelajari ilmu dari Al-Qur’an dan Hadits.
  4. Belajar dari ulama dan guru terpercaya, jangan otodidak.
  5. Mendalami agama secara bertahap, mulai dari ilmu aqidah, kemudian ibadah yang sehari-hari.

Jangan lupakan keikhlasan dalam belajar

Karena apa saja yang ikhlas pasti amalannya jadi langgeng. Ingatlah kata Imam Malik, “Maa kaana lillahi yabqo (apa saja yang dilakukan ikhlas karena Allah, pasti akan langgeng).” Perkataan tersebut muncul saat beliau ingin menulis kitab yang begitu masyhur yaitu Al-Muwatha‘.

Lalu bagaimana disebut ikhlas dalam belajar?

  1. Belajar untuk memperbaiki diri.
  2. Belajar untuk memberi manfaat kepada orang lain.
  3. Belajar untuk mencari ilmu, biar ilmu Islam ini tetap ada.
  4. Belajar untuk mengamalkan ilmu.

Jangan lupakan adab

Sebelum belajar, harus beradab lebih dahulu, Imam Malik mengatakan,

تعلم الأدب قبل أن تتعلم العلم

“Pelajarilah adab sebelum mempelajari ilmu”.

Lihatlah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, beliau panggil dengan panggilan kasih sayang “Yaa Aabati” (Wahai Ayahku) ketika ingin menasihati bapaknya.

Selain itu, ilmu akan menjadi berkah jika memiliki adab yang baik kepada guru. Diantara adab tersebut adalah:

  1. Pelajari ilmu dari guru, jangan otodidak dari buku.
  2. Hormati guru di mana memanggilnya dengan panggilan yang santun.
  3. Kalau guru salah, ingatkan dengan cara yang baik.
  4. Kalau punya majelis rutin, hadiri terus, jangan absen.
  5. Memperhatikan adab saat bertanya, mesti memperhatikan waktu dan kondisi.
  6. Menyandarkan ilmu pada guru.
  7. Mendoakan guru.

Menjadi mahasantri, mahasiswa plus santri

Tips dan triknya adalah sebagai berikut:

  1. Dalami bahasa Arab.
  2. Latihan belajar baca kitab Arab gundul dari guru. Kalau sudah bisa bahasa Arab, punya prinsip tinggalkan buku terjemahan.
  3. Koleksilah kitab-kitab para ulama.

Yahya bin Ma’in memiliki 114 lemari buku dan ada 4 lemari yang besar dan penuh dengan buku. Ibnu Jarir ath-Thabari menulis dalam sehari 40 lembar. Ibnu Taimiyyah menulis buku sehari seperti orang yang menyalin buku dalam seminggu.

Modal utama berhasil belajar agama sembari kuliah adalah punya manajemen waktu yang baik. Setiap orang bisa membaginya, terutama hal-hal yang tidak manfaat dikurangi.

***

Faedah dari Kajian “Belajar Ilmu Agama Sembari Kuliah” bersama Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal, S.T., M.Sc. di Masjid Ahmad Yani Surabaya pada Sabtu, 11 Jumadal Ula 1437 H/ 20 Februari 2016.

Penulis: Noviyardi Amarullah Tarmizi

Telah dikoreksi ulang oleh Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal saat di pesawat pulang menuju Jogja. Kajian di atas diambil dari buku beliau yang sebentar lagi akan diterbitkan oleh Pustaka Muslim dengan judul “Mahasantri, Mahasiswa Plus Santri“. Moga bisa menjadi pegangan Anda nantinya.

Artikel Muslim.or.id

Traktir Kopi

Traktir dengan sedikit secangkir kopi untuk ikut serta membantu dakwah dengan media

Traktir Secangkir Kopi