Aku adalah seorang siswa dari SMA Negeri yang terkemuka di provinsi Jawa Tengah. Dilahirkan dalam keluarga yang biasa saja, tidak terlalu kental nuansa agama. Bisa dikatakan bahwa aku adalah anak yang nakal, namun tidak sampai over, sehingga masih tersisa dalam jiwa sebuah kecenderungan untuk taat dan mengingat akan apa resiko dari perbuatan yang dilakukan. Memang aku sangat awam terhadap Islam, padahal lingkunganku adalah sekitar pondok pesantren
Kisahku berawal saat pertama kalinya aku masuk sekolah, yaitu saat MOS atau Masa Orientasi Siswa. Kala itu seperti biasa ada sosialisasi dari organisasi-organisasi apa saja yang ada di sekolah. Satu persatu dari perwakilan organisasi tersebut mensosialisasikan organisasinya, pilihan pertamaku jatuh pada organisasi yang bergerak dalam bidang keamanan sekolah yaitu PKS, karena memang awalnya cita-citaku adalah menjadi polisi. Salah satu tahap awal menjadi polisi, pikirku kala itu.
Ada satu organisasi yang juga akhirnya aku ikuti, yaitu yang bernuansa agama, bergerak dalam bidang dakwah agama Islam yaitu ROHIS. Pada awalnya aku tak menengok kearah organisasi ROHIS, karna diajak oleh temanku akhirnya akupun mengikutinya walaupun tidak serius. Saat ada rapat, pengajian, ataupun sekedar kumpul dengan teman seorganisasi, akupun kadang hadir kadang tidak, dengan berbagai alasan (banyak tidak hadirnya… hehe).
Walaupun sudah aku mengikuti ROHIS namun kelakuanku tetap saja masih seperti dulu, berkata kotor, menggoda wanita, menyontek, gemar berbohong, njiplak de-el-el. Karena semua pembelajaran yang diberikan ROHIS seolah-olah mental dari otakku, tak ada yang nyangkut, selama satu semester akupun masih saja gemar bermaksiat, tak pula aku indahkan syari’at. Setelah satu semester berlalu lambat laun akupun senang dengan ROHIS walaupun perilakuku hanya sedikit yang berubah, banyak teman ROHIS yang ramah, pintar, pokoke nggayengke. Aku hanya suka berkumpul dengan teman-temanku di ROHIS, jika ada kajian rutin tidak benar-benar kuhayati, hanya masuk telinga kanan langsung keluar di telinga kiri. Dan dari keakraban inilah dengan sendirinya pembelajaran tentang Islam melekat dalam otakku.
Barangkali inilah yang disabdakan Rasulullah Muhammad shallallahu’alaihi wasallam…
“Perumpamaan teman yang baik dan teman yang jelek seperti pandai minyak wangi dan pandai besi. (Duduk dengan) penjual minyak wangi bisa jadi engkau akan dapati darinya aroma yang wangi. Sementara (duduk dengan) pandai besi, bisa jadi ia akan membakar pakaianmu dan bisa jadi engkau akan dapati darinya bau yang tidak sedap.” (Muttafaq’alaih)
Sebagaimana Malik bin Dinar rahimahullah pernah berkata berkata:
وَصَاحِبْ خِيَارَ النَّاسِ تَنْجُ مُسْلِماً – – – – – – وَصَاحِبْ شَـرَّارَ النَّاسِ يَوْماً فَتَنْدَمَا
“Bergaullah dengan orang-orang yang baik, niscaya engkau akan menjadi seorang yang selamat”
“(Namun) cobalah sehari saja engkau bergaul dengan orang-orang yang jelek, maka niscaya engkau akan menyesal (selamanya).”
Kala itu ada event besar dari ROHIS yaitu mengadakan Kajian untuk siswa sekolah pada hari ahad. Dan aku menjadi Seksi Keamanan mengingat aku juga mengikuti PKS. Saat itu aku jaga di bagian luar masjid mengatur tempat parkir. Ketika itu kakak kelas ada yang membawa sebuah buku yang sampulnya bergambar pohon judulnya Untukmu Yang Berjiwa Hanif (untuk anda yang sedang mencari kebenaran Islam yang sesungguhnya) yang ditulis oleh ustadz Armen Halim Naro, Lc rahimahullah.
Kupinjam, kemudian ku baca, dan dari situlah kukenal Salaf, Ahlussunnah, dan Islam. Setelah kajian selesai, aku menyelidiki asal kata tersebut (salaf) dalam internet. Dan kutemui bahwa salaf adalahh 3 generasi terbaik umat Islam, yaitu masa para sahabat, tabi’in, dan tabi’ut tabi’in (al-Hadits). Dan kurasakan kenikmatan Islam setelah mengetahui jawaban yang terbesik dalam hatiku mengapa umat Islam sekarang menjadi berfirqah-firqah, bukankah islam hanya satu ?
Jawaban dari pertanyaan itu ku temui dalam manhaj salafush shalih, metode atau tata cara beragama yang mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, para sahabatnya, dan para ulama yang berpegang teguh pada sunnah. Dengan metode at-Tashfiyyah yaitu memurnikan kembali ajaran yang telah terkotori menjadi bersih. Memurnikan aqidah Islam dari pemahaman dan pemikiran kelompok sesat. Membersihkan hadits Rasulullah dari hadits-hadits palsu, dhaif, munkar. Membersihkan semua penafsiran al-Qur’an yang tidak berdasarkan tafsir yang benar atau ta’wil yang salah dan dari tafsir riwayat yang tidak shahih.
Dengan metode at-Tarbiyah yaitu upaya pembinaan yang tidak bertentangan dengan syari’at. Ada 3 landasan, yang pertama, difokuskan untuk membangkitkan aqidah tauhid dan membersihkan dari syirik, bid’ah dan penyelewengan aqidah. Yang kedua adalah standar pembinaan yang benar adalah berdirinya tarbiyah berdasarkan al-kitab dan as-Sunnah dengan menyelaraskan penerapan salaf, dan mengembalikan penyampaian ilmu al-Qur’an dan sunnah secara langsung mengacu pada pemahaman salafush shalih dengan bantuan para ulama rabbani yang telah kenyang dengan al-Qur’an dan sunnah. Yang ketiga adalah pembinaan yang dapat beradaptasi dari pengaruh pemahaman akhlaq, adat, kebudayaan, social dan politik. (At-Tashfiyyah wat Tarbiyyah, hal. 100-101 dikutip dari Untukmu Yang Berjiwa Hanif)
Dan telah kudapati bahwa manhaj salaf adalah jalan tengah diantara berbagai firqah menyimpang, jalan yang lurus, jalan yang ditempuh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya. Berkata Syaikhul Islam ibnu Taimiyyah rahimahullah, “Dan tidaklah tercela bagi orang yang menampakkan diri sebagai pengikut madzhab salaf, menyandarkan diri kepadanya dan merasa mulia dengannya. Bahkan wajib menerima pengakuannya itu dengan dasar kesepakatan (para ulama). Karena sesungguhnya madzhab salaf tidak lain adalah kebenaran itu sendiri.”(Majmu’ fatawa 4/419)
Alhamdulillah puji syukur senantiasa tercurah kepada Allah Ta’ala, yang telah menunjukanku manhaj yang mulia ini, yang telah mengubahku dari orang yang tidak tau sama sekali tentang dienul Islam sampai sekarang ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga, para sahabatnya, serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan sebaik-baiknya.
Duhai celakanya aku… tatkala merenungi suatu hadits..
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda..
المرء على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل
“Seseorang itu menurut agama teman dekatnya, maka hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah, no. 927)
Sedangkan disisi kanan dan kiriku kurangkul dengan akrab teman yang buruk…
Tidakkah kita merenungi firman Allah ini…
Allah Ta’ala berfirman
وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلًا ( ) يَا وَيْلَتَى لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلًا ( ) لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءَنِي وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلْإِنْسَانِ خَذُولًا
“Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang dzalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: “Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan sifulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Quran ketika Al Quran itu telah datang kepadaku. Dan adalah syaitan itu tidak mau menolong manusia.” (QS. Al Furqan: 27-29)
Wahai kawan….
Wahai sahabatku….
Wahai saudaraku..
Penyesalan selalu datang terlambat..
Bergegaslah menuju keberuntunganmu..
Pilihlah teman baik..
Yang mengajakmu menuju kebaikan..
Yang mennegurmu tatkala salah..
Yang membicarakan hal yang baik..
Semoga Allah merahmati kita semua..
**************
Penulis : Abu Ibrahim A.A
Mahasiswa Peternakan 2014 UNS