Al Quran memiliki keutamaan, kemuliaan, kedudukan yang tinggi, serta posisinya yang agung, dan berinteraksi dengan Al Quran merupakan kenikmatan, kemulian, dan keindahan tersendiri. Akan tetapi keindahan bersama Al Quran tidak akan didapatkan melainkan dengan adab terhadap Al Quran.
Adab artinya kesopanan, akhlak,[1] dan sikap yang baik.[2] Adab terhadap Al Quran maksudnya adalah akhlak dan sikap yang baik terhadap Al Quran. Adapun Adab terhadap Al Quran adalah sebagai berikut :
- Beriman kepada Al Quran.
Adab yang pertama kali dan paling mendasar adalah beriman terhadap Al Quran. Iman ýsecara bahasa adalah pembenaran/membenarkan atau percaya, akan tetapi hakekat ýmakna ýiman bukan hanya sekedar itu. Pembahasan iman bukan hanya sekedar percaya ýdan ýmembenarkan suatu perkara. Iman merupakan keyakinan yang kuat dalam ýmempercayai ýdan membenarkan suatu perkara sehingga membuahkan sikap, perkataan, ýdan perbuatan.ý Oleh karena itu iman terhadap Al Quran bukan/tidak bisa hanya sekedar lahirnya saja, karena iman bertolak dari hati yang paling dalam, dan dari sanalah terpancar sikap perilaku lahiriyah yang menunjukan keadaan hatinya yang beriman.
Seorang mukmin beriman bahwa Al Quran adalah kalamullah yang diturunkan kepada Rasulullah Muhammad melalui perantara malaikat Jibril, yang dinukil riwayatnya secara mutawatir, yang ditulis dimushhaf, dan mentilawahkannya merupakan ibadah, di awali dengan surat Al Fatihah, dan diakhiri dengan surat An Naas.
Termasuk beriman kepada Al Quran adalah beriman bahwa Al Quran adalah kalamullahý.ý Semua yang ada didalam Al Quran adalah kebenaraný, dan memperdebatkannya adalah kekufuraný. Allah berfirman :
“Telah sempurnalah kalimat Rabbmu (Al-Quran) sebagai kalimat yang benar dan adil, tidak ada yang dapat merubah rubah kalimat-kalimatNya dan Dia lah yang Maha Mendenyar lagi Maha mengetahui.”[3]
Benar apa yang difirmankan, dan adil semua hukum yang diputuskan. Benar dalam setiap kabar, dan adil dalam setiap perintah dan larangan. Setiap yang Allah kabarkan itu adalah kebenaran yang tidak ada kebimbangan dan keraguan. Setiap yang Allah perintahkan itu adalah keadilan, dan tidak ada yang lebih adil dari Allah. Setiap yang Allah larang adalah kebatilan, karena Allah tidak melarang sesuatu melainkan sesuatu tersebut merupakan kerusakan/kejelekan.”[4] Dan sedikitpun tidak ada kekurangan dan kebatilan di dalam Al Quran. Allah berfirman :
“Yang tidak datang kepadanya (Al Quran) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.”[5]
Rasulullah bersabda :
الْمِرَاءُ فِي الْقُرْآنِ كُفْرٌ – ثَلاَثَ مَرَّاتٍ – فَمَا عَرَفْتُمْ مِنْهُ فَاعْمَلُوا ، وَمَا جَهِلْتُمْ مِنْهُ فَرُدُّوهُ إِلَى عَالِمِهِ.
“Mendebat Al Quran adalah kekafiran ý[beliau mengulanginya 3 kali], apa yang kalian ketahui amalkan, dan apa ýyang kalian tidak ketahui maka kembalikan kepada ahlinya.”[6]
- Membaca Al Quran.
Juga adab seorang muslim terhadap Al Quran adalah menjadikannya sebagai bacaan dan tilawah pada setiap saat dan setiap harinya. Bersungguh-sungguh dan memberikan perhatian dalam membaca Al Quran merupakan ciri khas seorang mukmin. Bahkan ia akan menghiasi serta membasahi lidah dan ucapannya dengan kalamullah, mengimaninya, dan berusaha untuk mengamalkannya. Allah berfirman :
“Orang-orang yang telah Kami berikan Al Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya, dan barangsiapa yang ingkar kepadanya, maka mereka itulah orang-orang yang rugi.”[7]
Allah juga berfirman :
“……. dan bacalah Al Quran itu dengan tartil.”[8]
Rasulullah menjelaskan dalam sabdanya :
مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُولُ ألۤـمۤ حَرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ.
“Barangsiapa membaca satu huruf dari kitab Allah, maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan tersebut (ditambah) sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan Alif Lam Mim satu huruf, akan tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf, dan Mim satu huruf.[9]
Alangkah sang pembaca Al Quran itu panen kebaikan setiap harinya. Jika ucapan Alif Lam Mim itu sudah dihitung tiga huruf dan dilipatgandakan sepuluh kali yaitu menjadi tiga puluh, maka bagaimana jika yang dibaca itu berlembar-lembar? Berjuz-juz?
- Mempelajari dan mentadaburi Al Quran.
Walaupun membaca Al Quran merupakan ibadah, akan tetapi tujuan utama dari Al Quran bukan hanya sekedar bacaan saja tanpa makna. Banyak orang yang salah bersikap, dengan ia merasa cukup ketika sudah selesai belajar cara membaca Al Quran, kemudian rajin membacanya, dan tanpa berusaha memahami maknanya, maksudnya, dan tafsirnya. Dan Al Quran hanya sekedar dendangan merdu yang mereka nikmati, tanpa tahu arti.
Orang-orang yang salah sikap semacam inilah yang kita khawatirkan kepada mereka akan terkena ancaman Rasulullah terhadap tiga golongan yang pertama kali masuk neraka, salah satunya Rasulullah sabdakan :
وَرَجُلٌ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ وَعَلَّمَهُ وَقَرَأَ الْقُرْآنَ فَأُتِىَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا قَالَ تَعَلَّمْتُ الْعِلْمَ وَعَلَّمْتُهُ وَقَرَأْتُ فِيكَ الْقُرْآنَ. قَالَ كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ تَعَلَّمْتَ الْعِلْمَ لِيُقَالَ عَالِمٌ. وَقَرَأْتَ الْقُرْآنَ لِيُقَالَ هُوَ قَارِئٌ. فَقَدْ قِيلَ ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِىَ فِى النَّارِ.
“Dan seorang laki-laki yang belajar ilmu serta mengajarkannya, dan membaca Al Quran. Maka didatangkanlah kepadanya kenikmatan-kenikmatannya dan ia pun mengetahuinya. Allah katakan kepadanya : Apa yang telah engkau amalkan dengan kenikmatan-kenikmatan tersebut? Orang itu menjawab : Aku belajar ilmu serta mengajarkannya, dan membaca Al Quran karena engkau. Allah menjawab : Engkau dusta, engkau belajar ilmu supaya engkau dikatakan orang yang berilmu, dan engkau membaca Al Quran supaya engkau dikatakan orang yang pandai membaca Al Quran. Dan hal itu telah diucapkan, kemudian Allah memerintahkan agar orang tersebut diseret wajahnya diatas tanah hingga kemudian dilempar kedalam neraka.[10]
Al Quran diturunkan bukan sekedar untuk itu, tapi Al Quran diturunkan adalah sebagai petunjuk yang harus diikuti perintah, dan arahannya. Al Quran diturunkan adalah sebagai kabar gembira bagi orang-orang yang beriman, beramal saleh, dengan takut kepada Allah. Al Quran diturunkan adalah sebagai peringatan bagi setiap orang yang hatinya takut untuk melanggar larangan Allah, atau meninggalkan perintahNya, dan takut akan murka dan adzab Allah. Allah berfirman :
“Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang beriman yang mengerjakan amal saleh, bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” [11]
Akan tetapi bagaimana Al Quran bisa menjadi petunjuk? Bisa menjadi kabar gembira? Bisa menjadi peringatan? Semua itu tidak akan dapat tercapai dengan hanya sekedar membaca tanpa mengetahui makna. Oleh karena itulah Allah memerintahkan agar seorang mukmin mentadaburi Al Quran. Allah berfirman :
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.”[12]
Al Imam Ath Thobariy berkata : “ yaitu agar mereka mentadaburi hujah-hujah Allah yang ada di dalam Al Quran, apa yang Allah syari’atkan dari berbagai macam syari’at maka ia berusaha untuk mengagungkannya dan mengamalkannya.[13]
Al Imam Al Qurthubiy berkata : “Dan ini merupakan dalil yang menunjukan wajibnya mengetahui makna-makna Al Quran.”[14]
Bahkan Allah mencela terhadap orang-orang yang tidak mau mentadaburi Al Quran. Allah mensifatinya dengan hati yang telah terkunci, yang tidak terbuka dan tidak menyambut ketika hidayah datang. Hati yang tidak tersinari ketika nur dari Allah telah tiba. Allah berfirman :
“Maka Apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci?”[15]
- Mengikuti dan melaksanakan Al Quran.
Termasuk adab seorang mukmin terhadap Al Quran adalah dengan menjadikan Al Quran sebagai petunjuk kebenaran yang harus diikuti, ketetapan hukum yang harus dilaksanakan. Allah berfirman :
“Dan Al-Quran itu adalah kitab yang Kami turunkan, yang diberkahi, maka ikutilah Dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat.”[16]
Al Imam Ibnu Jarir Ath Thobariy berkata : “Dan jadikanlah Al Quran sebagai imam untuk kalian, yang kalian mengikutinya dan melaksanakan petunjuknya. Wahai manusia “dan bertakwalah”, yaitu Allah mengingatkan kepada diri-diri kalian agar tidak sia-siakan amal yang ditunjukan didalam Al Quran. Hendaklah dijaga batasan-batasan Allah, dan jangan mengerjakan apa yang Allah haramkan.”[17]
Al Quran turun dari Yang Maha Sempurna, dengan petunjuk yang sempurna dan tidak ada yang lebih baik dari Al Quran. Allah berfirman :
“Maka pantaskah aku mencari hakim selain dari pada Allah, padahal Dialah yang telah menurunkan kitab (Al Quran) kepadamu dengan terperinci. Orang-orang yang telah Kami datangkan kitab kepada mereka, mereka mengetahui bahwa Al Quran itu diturunkan dari Rabbmu dengan sebenarnya. Maka janganlah kamu sekali-kali termasuk orang yang ragu-ragu.”[18]
Wallahu ta’ala a’lam.
*****
Penulis : Ustadz Abdullah al-Jawy (Pengajar Ma’had al-Ukhuwah, Sukoharjo)
Artikel www.KajianSolo.com
[1] KBBI
[2] Al Qomus Al Muhith – Muhammad bin Ya’qub Fairuzabadiy.
[3] QS. Al An’am : 115.
[4] Tafsir Ibnu Katsir.
[5] QS. Fushshilat : 42.
[6] HR. Ahmad, dan Ibnu Hibban.
[7] QS. Al Baqarah : 121.
[8] QS. Al Muzammil : 4.
[9] HR. At Tirmidzi dalam Al Jami’ Ash Shahih dan Al Baihaqiy dalam Syu’abul Iman.
[10] HR. Muslim.
[11] QS. Al Isra’ : 9.
[12] QS. Shad : 29.
[13] Tafsir Ibnu Jarir Ath Thobariy.
[14] Tafsir Al Quthubiy.
[15] QS. Muhammad : 24.
[16] QS. Al An’am : 155.
[17] Tafsir Ibnu Jarir Ath Thobariy.
[18] QS. Al An’am : 114.